Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 142 - 143
Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Yahya Badrusalam
Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 142 – 143 adalah kajian tafsir Al-Quran yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. Kajian ini beliau sampaikan di Masjid Al-Barkah, komplek studio Radio Rodja dan RodjaTV pada Selasa, 8 Jumadal Awwal 1440 H / 15 Januari 2019 M.
Kajian Tafsir Al-Quran: Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 142 – 143
Allah Ta’ala berfirman:
سَيَقُولُ السُّفَهَاءُ مِنَ النَّاسِ مَا وَلَّاهُمْ عَن قِبْلَتِهِمُ الَّتِي كَانُوا عَلَيْهَا ۚ قُل لِّلَّـهِ الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُ ۚ يَهْدِي مَن يَشَاءُ إِلَىٰ صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ ﴿١٤٢﴾
“Orang-orang yang kurang akalnya diantara manusia akan berkata: “Apakah yang memalingkan mereka (umat Islam) dari kiblatnya (Baitul Maqdis) yang dahulu mereka telah berkiblat kepadanya?” Katakanlah: “Kepunyaan Allah-lah timur dan barat; Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus”.” (QS. Al-Baqarah[2]: 142)
Dimana orang-orang Yahudi, bahkan ada yang sampai murtad karena kurangnya keimanan mereka. Mereka menganggap bahwa pemindahan kiblat itu menurut mereka tidak diatas kebenaran. Padahal semua itu adalah ujian dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan justru seharusnya kalau mereka berpikir, itu menunjukkan nubuwwahnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Karena Rasulullah hanya menyampaikan saja. Dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak menyembunyikan sedikitpun juga. Walaupun konsekuensinya, sebagian orang akan tidak suka kepada beliau.
Demikianlah memang para Nabi, mereka diperintahkan oleh Allah untuk menyampaikan semua wahyu, walaupun itu pahit.
Maka Allah berfirman kepada mereka, “Kepunyaan Allah-lah timur dan barat;” Artinya Allah memerintahkan menghadap kemana pun itu milik Allah. Sebagai manusia kamu tidak perlu campur tangan karena itu semua syariat dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan syariat Allah pasti semuanya adil, syariat Allah pasti yang terbaik dan maslahat.
Kata Syaikh Utsaimin dari ayat ini kita ambil beberapa faidah:
Pertama, ayat ini menunjukkan bahwa Allah mengetahui apa yang akan terjadi sebelum terjadinya. Karena Allah mengatakan “سَيَقُولُ”. Kata سَ dalam bahasa Arab menunjukkan yang akan datang.
Artinya ketika ayat ini turun, mereka belum berkata seperti itu. Ketika Allah turunkan perintah untuk menghadap ke kiblat kembali setelah tadinya ke Baitul Maqdis kemudian Allah menyuruh kaum muslimin untuk menghadap ke Ka’bah, ternyata benar yang Allah kabarkan bahwa mereka pasti akan mengucapkan kata-kata itu.
Berarti Allah mengetahui apa yang akan terjadi sebelum terjadinya. Dan ini keyakinan kita, bahwa Allah mengetahui sampai hari kiamat semua yang terjadi dan yang akan terjadi.
Kedua, bahwa orang yang menentang atau menyela atau mengomentari hukum Allah, hakikatnyanya dia adalah orang kurang akal atau orang bodoh. Sebagaimana sudah kita sebutkan pada pertemuan kemarin bahwa walaupun dia punya gelar profesor, tapi kalau dia menentang syariat yang Allah turunkan, kita katakan ini orang bodoh.
Kenapa kok bodoh? Karena yang menciptakan langit dan bumi adalah Allah. Yang menciptakan manusia adalah Allah. Seharusnya dia berpikir bahwa ilmu Allah itu sangat sempurna sekali. Semua syariat Allah itu tidak lepas dari keadilan Allah, tidak lepas dari hikmah Allah yang agung, tidak lepas dari ilmu Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka orang yang menentang salah satu syariat yang Allah turunkan, sama saja mengatakan Allah kurang tahu tentang masalah itu dan saya yang lebih tahu. Maka kita katakan ini orang bodoh.
Terlebih manusia hanya diberikan oleh Allah ilmu sedikit saja. Allah mengatakan:
…وَمَا أُوتِيتُم مِّنَ الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا ﴿٨٥﴾
“…dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit” (QS. Al-Isra`[17]: 85)
Sementara ilmu Allah sangat luas sekali. Maka bagaimana kita yang hanya diberikan oleh Allah ilmu sedikit saja tapi kita sok tahu. Kita malah mengkritik syariat yang Allah turunkan.
Maka Allah mengatakan, “Orang-orang bodoh itu akan berkata, ‘apa sih yang memalingkan mereka dari kiblat yang dahulu mereka menghadap kepadanya?`”
Kalau mereka cerdas, dia akan berkata, “Itu semuanya terserah Allah Subhanahu wa Ta’ala.” Allah Subhanahu wa Ta’ala pemilik langit dan bumi. Semua milik Allah Subhanahu wa Ta’ala, kewajiban kita kaum Mukminin, sami’na wa atha’na.
Ketiga, disini Allah menghibur Nabi dan para sahabatnya. Bahwa orang-orang yang komentarnya tidak-tidak itu adalah orang bodoh, tidak perlu difikirkan. Ketika Rasulullah dan kaum Mukminin kiblatnya berubah ke Ka’bah, ada yang komentar dengan komentar yang menyakitkan hati.
Kenapa Allah menyebutkan dengan kata-kata السُّفَهَاءُ “orang-orang bodoh”. Memberikan sinyal, karena mereka orang bodoh, ya sudah tidak perlu difikirkan. Kebodohan, jangan dibalas dengan kebodohan.
Sementara syariat Islam memerintahkan kita untuk menghadapi orang bodoh dengan:
خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ ﴿١٩٩﴾
“Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh.” (QS. Al-A’raf[7]: 199)
Allah juga berfirman:
… وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا ﴿٦٣﴾
“…apabila orang-orang bodoh mengajak bicara, mereka menjawab dengan jawaban yang selamat.”
Jadi ini sebetulnya hiburan untuk Nabi. Allah menghibur Nabi dan para Sahabatnya. Ini contoh untuk kita. Ketika kita menyampaikan kebenaran, menyampaikan ilmu, pasti akan ada yang komentar dari orang-orang yang tidak suka, itu pasti.
Kalau sekaliber Nabi saja dikomentari yang tidak-tidak, sekaliber Nabi saja bisa di bully oleh orang-orang yang tidak, apalagi kita.
Keempat, pemberitahuan kepada seseorang dengan sesuatu yang akan terjadi supaya siap-siap menghadapinya. Disini Allah Subhanahu wa Ta’ala memberi tahu terlebih dahulu kepada Rasulullah dan para Sahabatnya sebelum mereka mengucapkan kata-kata yang menyakitkan tersebut.
Allah mengatakan, “Orang-orang bodoh itu akan berkata,” Ketika diberitahu sebelum terjadinya dan bahwasanya akan terjadi, Rasulullah dan para Sahabatnya sudah siap menghadapinya.
Kelima, bolehnya memberikan alasan-alasan hukum dengan alasan bahwa Allah pemiliknya. Karena ketika orang-orang Bani Israil mengkritik Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang pindah kiblat, Allah katakan, “milik Allah timur dan barat.” Timur dan barat ini semua milik Allah, kalau Allah menyuruh untuk menghadap kemana, itu hak Allah.
Terkadang ada orang yang protes, kenapa warisan laki-laki itu lebih banyak daripada perempuan? Kita katakan Allah yang menurunkan syariat, Allah yang lebih tahu dari kamu dan Allah pemilik dan pencipta manusia. Tentu Allah yang lebih tahu, selesai.
Keenam, bahwa orang yang tidak suka, seringkali memberikan komentar-komentar yang memancing emosi. Disini Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan bahwa mereka nanti akan berkomentar.
Simak pada menit ke – 15:15
Simak dan Download MP3 Kajian Tafsir Al-Quran: Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 142 – 143
Podcast: Play in new window | Download
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/46502-tafsir-surat-al-baqarah-ayat-142-143/